Anggaran Dasar

ANGGARAN DASAR
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA

PEMBUKAAN
Bahwa sesungguhnya Kami, Mahasiswa Katolik Republik Indonesia, menyadari sepenuhnya tugas dan kewajiban terhadap Gereja dan Tanah Air. Oleh karena itu, Kami harus menyumbangkan dharma bakti untuk menebus amanat penderitaan rakyat demi tercapainya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Maka, untuk menunjukkan dharma bakti yang mulia itu, Kami menghimpun diri dalam perhimpunan yang berasaskan Pancasila, dijiwai oleh kekatolikan, dan disemangati oleh kemahasiswaan, dengan Anggaran Dasar sebagai berikut:

Pasal 1
NAMA, WAKTU, KEDUDUKAN, SANTO PELINDUNG, DAN SEMBOYAN
Nama : PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA (Disingkat: PMKRI).
Waktu : PMKRI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 25 Mei 1947 untuk waktu yang tak tertentu.
Kedudukan : PMKRI bertempat kedudukan di tempat Pengurus Pusat.
Santo Pelindung : Sanctus Thomas Aquinas.
Semboyan : Religio Omnium Scientiarum Anima (Agama adalah jiwa segala ilmu pengetahuan)

Pasal 2
ASAS
PMKRI dalam seluruh orientasi dan seluruh kegiatannya berasaskan Pancasila.

Pasal 3
PMKRI dalam seluruh orientasi dan seluruh kegiatannya dijiwai oleh kekatolikan.

Pasal 4
PMKRI dalam seluruh orientasi dan seluruh kegiatannya disemangati oleh kemahasiswaan.

Pasal 5
VISI
Visi PMKRI : Terwujudnya keadilan sosial, kemanusiaan, dan persaudaraan sejati.

Pasal 6
MISI
Misi PMKRI : Berjuang dengan terlibat dan berpihak pada kaum tertindas melalui kaderisasi intelektual populis yang dijiwai oleh nilai-nilai kekatolikan demi terwujudnya keadilan sosial, kemanusiaan, dan persaudaraan sejati.

Pasal 7
USAHA-USAHA
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, PMKRI berusaha di lapangan:
1. Kerohanian-mental.
2. Kemasyarakatan-kenegaraan.
3. Kemahasiswaan.

Pasal 8
KEANGGOTAAN
Anggota PMKRI terdiri atas:
1. Anggota Biasa, yaitu mahasiswa S0 atau S1, warga negara Indonesia yang masih aktif kuliah atau seperti yang diatur dalam Rapat Umum Anggota Cabang dengan batasan waktu paling lama 11 (sebelas) tahun – terhitung sejak pertama kali terdaftar sebagai mahasiswa.
2. Anggota Kehormatan, ialah mereka yang berjasa dalam PMKRI menurut ketetapan MPA.
3. Penyatu, ialah mereka yang pernah menjadi anggota PMKRI yang berhak penuh.
4. Penyokong, ialah mereka yang memberikan sokongan-sokongan tetap berupa uang atau hak.

Pasal 9
PEMBERHENTIAN ANGGOTA
1. Keanggotaan biasa atau Penyatu berakhir karena:
a. Permintaan sendiri;
b. Meninggal dunia;
c. Anggota tidak lagi memenuhi syarat-syarat yang termasuk dalam pasal 8 sub 1 dan 3;
d. Dipecat.
2. Keangggotaan biasa atau Penyatu dapat diberhentikan untuk sementara.
3. Pemberhentian Penyokong terjadi karena:
a. Permintaan sendiri secara tertulis;
b. Meninggal dunia;
c. Perkumpulan atau Badan Hukum yang bersangkutan dibubarkan;
d. Penyokong tidak lagi memenuhi syarat-syarat seperti yang termaksud dalam pasal 8 sub 4.

Pasal 10
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
1. Anggota Biasa memperoleh hak-hak yang ada dalam perhimpunan.
2. Anggota diwajibkan menaati peraturan-peraturan yang ada dalam perhimpunan.

Pasal 11
SUSUNAN ORGANISASI
PMKRI terdiri atas:
1. Pusat.
2. Cabang-cabang.

Pasal 12
KEPENGURUSAN
1. PMKRI mempunyai Pengurus Pusat dan Pengurus Cabang.
2. a. Pengurus Pusat mempunyai suatu badan yang terdiri atas:
1. Presidium Paripurna, ialah Presidium Harian bersama-sama Komisaris Daerah yang mewakili wilayahnya, dan Ketua-Ketua Lembaga.
2. Presidium Harian, terdiri atas Ketua Presidium ditambah dengan tiga orang Presidium yang berkedudukan di mana Pengurus Pusat berada.
3. Lembaga-lembaga mempunyai otonomi yang diatur secara khusus.
4. Sekretariat, dikoordinir oleh seorang Sekretaris Jenderal.
b. Presidium Paripurna:
1. Presidium Paripurna merupakan badan kolegial dan kolektif, serta adalah Badan Pelaksana (eksekutif) tertinggi di PMKRI.
2. Presidium Paripurna bersidang sedikit-dikitnya tiga bulan sekali dan apabila dianggap perlu.
c. Pekerjaan sehari-hari Presidium dilakukan oleh Presidium Harian yang berhak penuh untuk bertindak atas nama Presidium Paripurna dan harus dipertanggungjawabkan.
d. Baik Presidium Paripurna maupun Presidium Harian dipimpin oleh seorang Ketua Presidium merangkap anggota Presidium Harian.
e. Komisaris Daerah (disingkat Komda):
1. Komisaris Daerah diangkat oleh cabang-cabang yang menjadi wilayahnya dan disahkan oleh Mandataris MPA.
2. Komisaris Daerah berada di daerah tingkat I atau di mana dianggap perlu.
3. Pengurus Cabang:
a. Susunan Pengurus Cabang sedapat mungkin disesuaikan dengan susunan Pengurus Pusat dengan memperhatikan kebutuhan cabang;
b. Pengurus Cabang dipilih oleh Rapat Umum Anggota Cabang.

Pasal 13
HAK DAN KEWAJIBAN PENGURUS PUSAT DAN PENGURUS CABANG
1. Pengurus Pusat:
a. Pengurus Pusat berhak untuk bertindak atas nama PMKRI seluruhnya dalam hal-hal mengenai kepentingan umum perhimpunan serta memberi petunjuk-petunjuk dan nasihat-nasihat kepada Pengurus Cabang;
b. Hal-hal mengenai keadaan cabang, Pengurus Pusat tidak berhak untuk mengambil keputusan;
c. Pengurus Pusat berkewajiban menyampaikan laporan kegiatan pada cabang tiap 6 (enam) bulan sekali.
2. Komisaris Daerah:
a. Komisaris Daerah mengkoordinir cabang-cabang di daerahnya;
b. Komisaris Daerah berkewajiban menyampaikan laporan kegiatan pada tiap cabang setiap 3 (tiga) bulan sekali.
3. Pengurus Cabang:
a. Pengurus Cabang berhak mengambil keputusan mengenai hal-hal keadaan umum cabang;
b. Pengurus Cabang dapat bertindak atas nama PMKRI seluruhnya setelah mendapat ijin dari Pengurus Pusat untuk dikerjakan;
c. Pengurus Cabang berkewajiban menyampaikan laporan kegiatan kepada anggota secara periodik;
d. Pengurus Cabang berkewajiban memberi laporan cabang kepada Pengurus Pusat tentang keadaan dan perkembangan cabang tiap 6 (enam) bulan sekali.

Pasal 14
CABANG-CABANG
Cabang-cabang didirikan di tempat di mana yang dianggap perlu oleh Pengurus Pusat dan yang diatur dalam Tap MPA.

Pasal 15
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
1. Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) mempunyai kekuasaan tertinggi dalam Perhimpunan.
2. Majelis Permusyawaratan Anggota diadakan:
a. Sekali dalam dua tahun di bawah pimpinan Pengurus Pusat. Waktu dan tempat penyelenggaraan ditentukan oleh MPA sebelumnya.
b. Apabila dikehendaki oleh Pengurus Pusat.
c. Apabila dikehendaki oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah cabang dengan mendapat persetujuan Pengurus Pusat (dengan ketentuan, bilangan-bilangan pecahan dibulatkan ke bawah). Jika dalam tiga bulan Pengurus Pusat belum juga melaksanakan MPA, maka cabang-cabang yang bersangkutan berhak memimpin MPA tersebut.

Pasal 16
KONGRES
1. Kongres adalah pertemuan antara para anggota untuk membicarakan isu-isu strategis nasional dan mempertebal rasa persaudaraan.
2. Kongres diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 2 (dua) tahun. Waktu dan tempat penyelenggaraannya ditentukan oleh MPA sebelumnya.
3. Kongres dibiayai oleh anggota. Kekurangan biaya dipikul oleh cabang penyelenggara dan Pengurus Pusat.

Pasal 17
KEUANGAN
1. Kekayaan organisasi didapat dari:
a. Uang pangkal;
b. Uang iuran;
c. Sokongan-sokongan yang tidak mengikat;
d. Usaha-usaha lain yang sah.
2. Kekayaan Pengurus Pusat didapat dari:
a. Iuran dari tiap-tiap cabang
b. Sokongan-sokongan yang tidak mengikat
c. Usaha-usaha lain yang sah

Pasal 18
PEMBUBARAN
Dilakukan oleh MPA tahunan atau MPA khusus yang diadakan untuk maksud tersebut dalam suasana musyawarah yang dibimbing oleh asas Pancasila, dijiwai oleh kekatolikan, dan disemangati oleh kemahasiswaan.

Pasal 19
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
1. Perubahan Anggaran Dasar dilakukan oleh MPA dengan musyawarah yang dibimbing oleh asas Pancasila, dijiwai oleh kekatolikan, dan disemangati oleh kemahasiswaan.
2. Perubahan Anggaran Dasar harus diberitahukan kepada wali gereja yang bersangkutan.

Pasal 20
PENUTUP
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (disingkat ART) yang tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar dan yang akan dibuat:
1. a. Untuk PMKRI seluruhnya: Anggaran Rumah Tangga ini harus mendapat persetujuan dan pengesahan dari MPA.
b. Untuk tiap-tiap cabang: Anggaran Rumah Tangga Cabang harus mendapat persetujuan dari Rapat Umum Anggota Cabang yang bersangkutan dan dikukuhkan oleh Pengurus Pusat.
2. Anggaran Dasar ini mulai berlaku setelah disahkan oleh Kongres VII tanggal 31 Desember 1997 di Jakarta.
3. Ada beberapa perubahan berdasarkan:
a. Keputusan Sidang MPA IV tanggal 28 Desember 1961 di Yogyakarta.
b. Keputusan Sidang MPA VII tanggal 31 Desember 1964 di Malang.
c. Keputusan Sidang MPA VIII tanggal 6 April 1967 di Bandung.
d. Keputusan Sidang MPA IX tanggal 6 April 1969 di Surabaya.
e. Keputusan Sidang MPA X tanggal 27 Agustus 1971 di Surakarta.
f. Keputusan Sidang MPA XI tanggal 13 Oktober 1975 di Semarang.
g. Keputusan Sidang MPA XIV tanggal 17 Maret 1985 di Jakarta.
h. Keputusan Sidang MPA XV tanggal 9 Mei 1988 di Surabaya.
i. Ketetapan Sidang MPA XVI tanggal 3 September 1990 di Ujung Pandang.
j. Ketetapan Sidang MPA XVII tanggal 29 November 1992 di Bandung.
k. Ketetapan Sidang MPA XVIII tanggal 27 November 1994 di Medan.
l. Ketetapan Sidang MPA XX tanggal 23 Oktober 1998 di Banjarmasin.
m. Ketetapan Sidang MPA XXI tanggal 30 November 2000 di Jakarta.
n. Ketetapan Sidang MPA XXII tanggal 25 November 2002 di Kupang.

PENJELASAN ANGGARAN DASAR

Pasal 2
Bagi PMKRI asas mempunyai pengertian:
a. Suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar tumpuan berpikir atau berpendapat.
b. Cita-cita yang menjadi dasar perkumpulan atau negara.

Berdasarkan pengertian di atas, asas sama dengan ideologi. Pancasila adalah ideologi negara Republik Indonesia. PMKRI sebagai suatu perhimpunan adalah bagian integral dari bangsa/negara Indonesia. Jadi, asas PMKRI sebagai suatu perhimpunan adalah Pancasila. Pancasila yang dimaksud sebagai asas PMKRI adalah Pancasila yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945.

Pasal 3
Jiwa kekatolikan adalah sesuatu yang hidup dan menghidupkan, dengan pengertian sebagai sumber inspirasi dan bukan sebagai suatu ideologi.

Pasal 4
Semangat kemahasiswaan adalah daya dorong yang tumbuh dari suatu proses penyempurnaan intelektualitas dalam kehidupan kemahasiswaan.

Pasal 8
Ayat 3 : Anggota yang dimaksud adalah:
a. Lihat ART PMKRI pasal 1 ayat (4) dan (5)
b. Anggota PMKRI yang tidak mendaftarkan diri (her registrasi) karena alasan tertentu.
c. Anggota PMKRI yang tidak mendaftarkan diri sebagai mahasiswa karena alasan tertentu.

Pasal 10
Yang dimaksud dalam pasal ini adalah hak material.

Pasal 12
Ayat 2 e : Komisaris Daerah adalah nama jabatan sekaligus pejabat yang ditunjuk oleh cabang-cabang dan disahkan oleh Mandataris MPA serta mewakili Pengurus Pusat di wilayah regional tertentu.

Pasal 13
Ayat 3 : Pengurus Cabang adalah nama perangkat organisasi eksekutif PMKRI di cabang.

Baca juga:
Anggaran Rumah Tangga

3 Comments

  1. Selamat malam Admin, tolong dibetulkan redaksi kalimat pada Visi dan Misi PMKRI, tepatnya pada pasal 5 dan 6 AD PMKRI. Terima kasih.
    Salam Pro Ecclesia Et Patria!

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*