BAGAIMANA BELAJAR BERSATU SAMBIL…

Home Forums Historia BAGAIMANA BELAJAR BERSATU SAMBIL…

Tagged: 

  • This topic is empty.
Viewing 1 post (of 1 total)
  • Author
    Posts
  • #8036
    rinividivici
    Member

    BAGAIMANA BELAJAR BERSATU SAMBIL…

    Edisi : 35/04
    Tanggal : 1974-11-02
    Halaman : 06
    Rubrik : NAS
    Penulis :
    Sumber :

    KONGRES I Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dibuka pekan
    ini. Perhatian cukup besar di kalangan generasi muda. Spanduk
    terpasang di seantero pelosok Ibukota. Jumlah peserta jauh lebih
    banyak dari pada yang pernah dihimpun oleh organisasi pemuda &
    mahasiswa lain. Sementara itu tanggapan berhamburan dari
    generasi muda di Jawa dan di luar Jawa. Ada yang terang-terangan
    mendukung lahirnya KNPI, misalnya Gerakan Pemuda Ansor. Tapi
    pernah ada pula corat-coret di kampus Bulaksumur (Gajah Mada)
    yang menentang berdirinya wadah pemuda yang didukung pemerintah
    & Golkar itu. Sebelumnya Badan Kerjasama Mahasiswa IKIP
    mengeluarkan pernyataan menanggapi maklumat Menteri P & K Syarif
    Thayeb di Malang (TEMPO 3 Agustus). Pendapat boleh beragam.
    Tapi pernyataan pemuda & mahasiswa itu umumnya minta agar
    organisasi pemuda & mahasiswa yang sudah ada sekarang tetap
    dijamin hak hidupnya. Tidak terkecuali GP Ansor. Kecemasan ini
    sesungguhnya bukan barang baru. Suhu politik di bidang
    kepemudaan memang agak melonjak gara-gara maklumat Syarif
    Thayeb, bahwa KNPI akan jadi “wadah satu-satunya bagi pemuda
    Indonesia”. Dan kalangan generasi muda — khususnya yang berada
    di luar pagar kampus — toh masih repot ketika dengan nada yang
    sedikit lebih lunak Jenderal Panggabean dalam Rapim ABRI
    baru-baru ini menganjurkan, agar “generasi muda seyogyanya tidak
    berjuang melalui kotak-kotak ideologis”.

    ; Memisahkan Massa

    ; Pada mulanya ialah ketika unsur-unsur pemuda Golkar mengundang
    tokoh-tokoh pemuda & mahasiswa di luar Golkar untuk memperluas
    keanggotaan & cakupan PNPKB lihat Dari WAY Sampai KNPl). Ketika
    itu, Pemerintah dan Golkar tengah giat memisankan massa rakyat
    dan pemuda dari partai-partai. Partai-partai, diringkas di bawah
    2 bendera, PPP dan PDI, Buruh, tani & nelayan masing-masing
    sudah dilebur ke dalam HKTI dan HNSI. Menyadari itu para
    pengurus pusat organisasi-organisasi pemuda & mahasiswa yang
    didekati PNPKB dalam rapat-rapat pembentukan KNPI di Jakarta
    bersikap hati-hati. Malah ada yang pagi-pagi menanyakan apa
    konsep & prgram wadall pemuda itu nantinya, seperti yang
    dilakukan oleh Sekretariat Bersama Organisasi-organisasi
    Mahasiswa Lokal (SOMAL). “Ketika itu mereka hanya menjawab: itu
    nanti akan difikirkan dalam Kongres!”, cerita pimpinan SOMAL
    pada TEMPO. Agaknya tak terlalu yakin pada jawaban itu, SOMAL
    pun menarik diri dari pembicaraan selanjutnya.

    ; Yang tetap tinggal dalam rapat-rapat pembentukan KNPI sampai
    tercetusnya Deklarasi Pemuda Indonesia 23 Juli tahun lalu
    hanyalah 5 ormas, yang terkenal palilg getol menanggapi tiap
    gerak-gerik KNPI: PKRI, HMI, GMKI, GMNI dan PMII. Namun
    merekapun tidak luput dari rasa takut akan terjadinya fusi
    organisasi pemuda & mahasiswa di luar kampus. Itu berarti
    hanyutnya massa mereka ke wadah baru itu nanti: Mungkin itulah
    sebabnya deklarasi yang menjadi pedoman dasar KNPI itu penuh
    bertaburan dengan rumusan yang mungkin dimaksudkan untuk
    meredakan rasa cemas para pimpinan pemuda & mahasiswa itu. Pasal
    4 misalnya, menjamin bahwa eksistensi KNPI “tidak mengurangi
    peranan organisasi-organisasi pemuda & mahasiswa”. Sementara itu
    pasal 6 menjelaskan betapa soal “fusi” diserahkan pada proses
    masing-masing organisasi. Adapun soal keanggotaan KNPI menurut
    pasal 5 meliputi “eksponen-eksponen pimpinan pemuda & mahasiswa
    yang mewakili organisasi-organisasi yang ada dan hidup dalam
    masyarakat”. Sedang organisasi-organisasi itu sendiri — menurut
    pasal yang sama — bukan anggota KNPI. Di balik rumusan yang
    serba luwes itu, masalahnya yang sebenarnya ialah kepercayaan.
    Bisakah dijamin pasal-pasal itu akan dipatuhi? Pasal 9 misalnya
    memberikan jaminan bahwa “KNPI hanya dibentuk di pusat Rl
    sedangkan di daerah-daerah tidak dibentuk”. Tapi timbulnya KNPI
    di pelbagai daerah menjelang Kongres “secara spontan” merisaukan
    ormas-ormas pemuda.

    ; Katolik

    ; Namun dengan segera mereka pun menyesuaikan diri. Meskipun nada
    pernyataannya cukup kritis terhadap KNPI. PP-PMKRI di bawah
    pimpinan Chrisÿ20Siner Key Timu mendorong anggota-anggotanya agar
    “secara pribadi” mengambil bagian aktif daam KNPI. Tapi tanpa
    anjuran itu pun anggotanya — khususnya dari cabang Jakarta
    sudah sebagian memasuki KNPI DKI serta Panitia Pelaksana
    Kongres KNPI. Toh tersedotnya massa PMKRI; Pemuda Katolik dan
    mahasiswa Unika Atma Jaya ke KNPI segera mengundang arus kecaman
    dari dalam, yang mengingatkan kembali ketentuan AD/ ART PMKRI
    yang melarang keanggotaan rangkap dalam organisasi lain. Juga
    disebut-sebut “tradisi” PMKRI yang melarang fungsionarisnya
    duduk dalam pengurus lembaga-lembaga politik. Walhasil, dalam
    Musyawarah Ketua-Ketua Cabang PMKRI se-Indonesia yang diadakan
    bertepatan dengan Hari Lebaran, PP PMKRI kembali menegaskan
    larangan jabatan rangkap itu. Sedang soal keanggotaan rangkap —
    yang pernah menyebabkan pemberhentian anggota-anggota PMKRI yang
    merangkap di Imada — dalam kasus KNPI ini tidak jadi
    diterapkan. Menurut Ketua Presidium PP-PMKRI, “orang PMKRI yang
    berkecimpung di KNPI itu — seperti halnya dalam lembaga-lembaga
    lain diharapkan menyuarakan aspirasi PMKRl di sana”. Maka,
    “bukannya tidak mungkin, jika yang disuarakan dalam Kongres KNPI
    bertentangan dengan aspirasi PMKRI, para, komunikator itu akan
    keluar”. Dengan catatan tentunya: apabila kesetiaan mereka pada
    PMKRI lebih tebal dari pada KNPI.

    ; Bukan Chris seorang diri yang berpendapat demikian. Boleh
    dikata, setelah unsur-unsur Golkar, Pemda dan Kodam, para
    “warga” ke-5 ormas itulah yang paling banyak menduduki
    kursi-kursi kepengurusan KNPI pra-Kongres. Tapi tampaknya
    pengurus pusat mereka ingin menarik semua “komunikator” mereka
    dari KNPI, apabila KNPI dianggap “keluar dari ril kewajaran”
    yang dapat diterima 5 ormas itu. Namun KNPI bukannya tidak
    menyadari kemungkinan itu. Pagi-pagi mereka sudah memilih tokoh
    ormas yang tidak perlu duduk dalam pengurus ormasnya. Artinya,
    mereka tak dapat dipanggil kembali oleh induk mereka. Tapi
    diperhitungkan mereka sementara itu masih mampu merekam
    aspirasi kelompok masing-masing untuk dibawa ke dalam
    forum-forumn KNPI. Sebaliknya mereka diharapkan masih punya
    “resonansi” — istilah David Napitupulu dan Zamroni — di
    lingkungan asal mereka. Tentu saja para “komunikator” itu kelak
    bisa saja terbentur antara 2 kepentingan: KNPI. di satu fihak,
    dan ormas masing-masing di lain fihak. Namun dalam hal begini
    KNPI tidak sulit untuk menang: dalam keadaan politik sekaran,
    dialah yang pegang dana & restu dari Pemerintah. Meskipun F. As.
    Alwie, Ketua II DPPGMNI misalnya, bertekad untuk memilih GMNI
    apabila, Kongres KNPI memutuskan hal-hal yang bertentangan
    dengan Anggaran Dasar GMN I.

    ; Walhasil, timbullah sikap ganda ke 5 ormas tadi. Di satu pihak
    tidak enak melihat kebijaksanaan pemerintah yang nampaknya
    cenderung melimpahkan seluruh bantuannya pada KNPI, di fihak
    lain terpaksa ingin ikut menanam pengaruh dalam KNPI. Sikap
    ganda seperti ini, sempat juga menjadi bahan sorotan yang hangat
    dalam diskusi di PMKRI Jatinegara, 5 hari sebelum ke-5 ormas
    tadi mengeluarkan pernyataan. Ketika itu sudah dicoba ditelaah
    latar-belakang timbulnya pemikiran ke arah “wadah tunggal
    pemuda” yang menganggap “generasi muda terganggu oleh
    pertentangan ideologis”. Rupanya biarpun Pancasila sudah
    dijadikan dasar semua ormas, “kemurnian” mereka masih diragukan.
    Konflik-konflik yang ada di masyarakat dianggap sumbernya tetap
    soal “ideologi”. Sudah tentu konflik memang ada (masyarakat dan
    negeri mana sih yang bebas konflik?). Tapi — seperti
    dikemukakan seorang pembicara dalam diskusi PMKRI itu-kalau
    konflik-konflik itu hendak dielakkan dengan menggiring semua
    unsur pemuka masyarakat ke dalam wadah-wadah tunggal, itu tak
    memecahkan persoalan. Sebab, menurut pembicara tadi, ketegangan
    pokok masyarakat Indonesia adalah gejala perbedaan sosial antara
    masyarakat kota & desa, kaya & miskin, elite berpendidikan Barat
    & massa yang butahuruf Latin. Makanya dari pada repotÿ20menggiring
    pemuda ke dalam satu wadah, yang dapat berakibat makin
    tercerabutnya tokoh generasi muda dari lingkungan asal mereka,
    lebih baik langsung memerangi akar-akar perbedaan sosial itu sendiri.

    ; Dan memang seperti selama ini, bahwa perdebatan antara KNPI dan
    non-KNPI lebih banyak berkisar soal pengakuan terhadap
    kebhinekaan masyarakat kita. Bagaimana caranya menghadapinya?
    Sebagai satu kecelakaan, ataukah sebagai suatu berkat? HMI, PMKRI,
    GMKI, GMNI dan PMII yang mengeluarkan Pokok-Pokok Pikirannya sesudah
    berbuka-puasa di kantor HMI 9 oktober yang lalu menunjukkan sikap
    mereka. Bertolak dari landasan hukumÿ20UUD 1945 yang secara
    eksplisit menakui keanekaragaman dalam berserikat. berpendapat &
    beribadat, 5 ormas itu menegaskan bahwa ke-bhineka-an generasi
    muda “bukan merupakan alasan untuk tidak menjalin kerja-sama &
    persatuan dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa”. Pernyataan
    itu memang hati-hati dan agak samar-samar.

    ; Menyadari hal itu rupanya, ketua umum PB-IMI Ridwan Saidi pada
    TEMPO menjelaskan, melalui Pokok-Pokok Pikiran itu “kami ingin
    menyatakan bahwa hidup berkotak-kotak bukanlah kejahatan, bahkan
    sesuai dengan pola, kebudayaan serta keadaan masyarakat
    Indonesia”. Mengapa perlu dijelaskan? Karena menurut Ridwan,
    “selama ini kampanye anti pengkotak-kotakan pemuda & mahasiswa
    begitu dahsyat dilancarkan, hingga timbul semacam anggapan bahwa
    tinggal dalam kotak-kotak itu sudah seperti suatu kejahatan”.
    Timbulnya KNPI sendiri dalam kacamata HMI hanyalah pertanda
    munculnya satu organisasi ekstra-universiter baru. Karena itu
    Ridwan menolak sebutan “Kongres Pemuda”. Sebab bagi HMI.
    “Kongres KNPI itu tidak berbeda dengan kongres organisasi-organisasi
    lain seperti PMII atau GMNI”. Dan, tambahnya, “tidak ada salahnya
    terhadap organisasi yang berkongres untuk mengatur masalah
    internnya itu kami ucapkan Selamat Berkongres”.

    ; Politis

    ; Agak senada adalah ucapan pimpinan SOMAL. “Kalau mereka mau juga
    menganggap dirinya mengadakan Kongres Pemuda, silakan saja”,
    komentar salah seorang dari mereka. “Asal saja mereka tidak
    mengakui mewakili para mahasiswa yang masih menempuh pendidikan
    di dalam kampus”. Mengapa? “Karena ada perbedaan antara pemuda
    dengan mahasiswa yang masih kuliah. Mahasiswa adalah juga
    pemuda, tapi pemuda belum tentu mahasiswa”. Bagi pimpinan SOMAL
    “pengelompokan dalam KNPI lebih bersifat politis, sedang
    mahasiswa yang bergabung dalam SOMAL lebih banyak bergerak dalam
    bidang sosial-ekonomi”. Karena itu, sambil menghimbau KNPI agar
    tetap mengakui keragaman dalam masyarakat dan perbedaan pendapat
    yang selalu ada, “kompetisi sebaiknya melalui program untuk
    kesejahteraan”. Sedang DPP CMNI yang disuarakan oleh Ketua II
    GMNI, tanpa edeng aling-aling menolak penamaan Kongres KNPI
    sebagai ongres Pemuda, “karena Deklarasi pembentukan KNPI
    jelas-jelas menyebutkan keanggotaan perorangan saja”. Menurut
    FAS Alwie, “kalau toh dipaksakan menggunakan nama Kongres
    Pemuda, itu hanya akan menyinggung perasaan pemuda yang tidak
    ikut di dalam KNPI”. Apa ada? Rupanya ada. PII (Pelajar Islam
    Indonesia), terang-terangan melarang segenap pengurus dan
    aktifisnya duduk dalam KNPI. Tapi organisasi pelajar itu memang
    tidak diikutsertakan dalam pembentukan KNPI, yang menurut dugaan
    ketua umum PB-PII, Yusuf Rahimi karena “anggapan orang PII itu
    masih anak-anak”. “Boleh-boleh saja orang beranggapan demikian,
    tapi jangan lupa yang tahu tentang dirinya hanya PII sendiri”,
    ujar Yusuf seolah-olah membantah anggapan itu. Malah menurut
    PB-PII yang baru saja menyelenggarakan Rapat Kerja seminggu
    sebelum Lebaran, kegagalan KNPI mengakui kebhinekaan di kalangan
    pemuda perlu ditebus dengan pembentukan suatu “forum komunikasi
    pelajar yang demokratis, punya landasan moral & konstitusi, guna
    menyalurkan aspirasi pelajar yang orisinil”.

    ; Onderbouw NU

    ; Tapi para pemuda-pemuda di Tanah Abang III tetap dengan tekad
    mereka. Menurut David Napitupulu ketua umum KNPI pra-Kongres,
    “berdirinya KNPI justru bertitik-tolak dari kesadaran adanya
    perbedaan aspirasi di kalangan generasi muda”. Tentang perbedaan
    itu sendiri, menurut David “adalah karena pengaruh langsung
    maupun tidak langsung dari pola pemikiran sempit serta
    warna-warna yang dicerminkan dalam sistim politik kita yang
    semula banyak partainya”. “PMII misalnya”, kata David sambil
    melirik pada Zamroni, “tidak dapat mengingkari bahwa dia tadinya
    onderhouw NU”. Karena itu menurut dia wajarlah bila pemuda
    tergugah “untuk juga merubah prinsip yangmendasari sistim
    kepartaian selama ini” Dia mengelak untuk menjawab apakah itu
    juga berarti sebaiknya organisasi-organisasi pemuda & mahasiswa
    juga mengadakan fusi sesuai dengan 3 bendera yang ada. Hanya
    saja dia menyangsikan keampuhan ikatan ideologi di kalangan
    organisasi-organisasi pemuda/mahasiswa. Contohnya: pertentangan
    antara RRT dan Soviet yang sama-sama komunis.

    ; David (ketua umum Mahasiswa Pancasila) tidak menjelaskan
    bagaimana keampuhan ikatan ideologi Pancasila. Kalau Pancasila
    ampuh, keanekaragaman sebetulnya tak usah ditakuti. Mungkin
    karena itu Zamroni, yang dalam wawancara dengan TEMPO
    berkedudukan sebagai ‘juru-bicara’ KNPI, berkata: “Kebhinekaan
    memang merupakan manifestasi Pancasila”, Zamroni yang memegang
    jabatan rangkap di GP Ansor dan KNPI ‘Pusat’ menambahkan: “Tapi
    itu tidak berarti, bahwa kita justru harus memelihara ketebalan
    dinding-dinding ideologi yang justru mempertebal heterogenitas
    yang ada”. Di tengah-tengah kemajemukan yang ada, “Kita harus
    mencapai suatu kesatuan malah itulah titik-beratnya”. Menurut
    Zamroni, “inilah yang membedakan KNPI dengan Front Pemuda. Kalau
    dulu Front Pemuda hanya merupakan pengaman politis, kini KNPI
    berusaha mengembangkan kemampuannya dengan melihat masalah
    pemuda secara nasional”, Apapun arti katakata Zamroni itu,
    nampaknya KNPI memang bukan dengan sendirinya monster yang harus
    menelan (atau menyembunyikan) pluralitas masyarakat. Kastaf
    Pangkopkamtib Laksamana Sudomo dalam pertemuan dengan 5
    organisasi mahasiswa ekstra Kamis minggu lalu dikabarkan
    menjamin terusnya organisasi-organisasi yang ada. Jaminan
    semacam itu penting kiranya. Sebab betapapun kurang enaknya
    menghadapi ormas-ormas yang ada, mereka secara langsung atau tak
    langsung cerminan kenyataan sosial kita dan punya kaitan dengan
    kenyataan itu. Memang ada asumsi yang mengatakan bahwa kegiatan
    politik di Indonesia hanyalah “keinginan segolongan kecil
    masyarakat yang berada di kota”. Pandangan ini banyak dianut di
    kalangan intelektuil Golkar.

    ; Obat Frustrasi

    ; Tapi Dr Mely G. Tan, sosiolog dari Leknas misalnya, meragukan
    asumsi itu. “Bagaimana mungkin timbul gema di antara rakyat,
    kalau tak ada keresahan sosial di lapisan bawah?” Dia sendiri
    lebih cenderung agar penguasa tetap memelihara kemajemukan
    sosial yang ada. Bukan saja karena itu merupakan realitas
    sosial, tapi “karena itu justru dapat memperkaya kepentingan
    bersama”. Dia mengakui, bahwa kemajemukan itu memang bisa
    menimbulkan hal-hal yang negatif. Tapi bisa positif. Bagaimana
    caranya bisa positif? “Kalau yang dikembangkan dari
    masing-masing kelompok sosial adalah segi-segi yang
    komplementer, yang bisa saling mengisi”, demikian menurut Kepala
    Bagian Penelitian Ilmu-ilmu Sosial Leknas/LlPI itu. Sebaliknya
    kemajemukan itu bisa berakibat negatif, bila yang dikembangkan
    hanya pola persaingan pengaruh semata-mata. Ekses-ekses yang
    pernah timbul karena kebhinekaan dalam masyarakat kita, bagi dia
    “bukan alasan untuk meniadakan kebhinekaan itu an sich” Mengapa?

    ; “Karena kita semua tahu, bahwa aspek kompetisi yang bisa
    berakibat negatif itu hanya dapat diredakan, apabila keadilan
    dalam alokasi & distribusi sumber-sumber yang langka dapat
    ditingkatkan”. Dah sumber-sumber langka itu, tidak perlu
    berwujud kekayaan materiil saja. Tapi juga sumber-sumber
    non-materiil seperti kesempatan pendidikan, kesempatan mendapat
    lowongan pekerjaan, kedudukan, perwakilan di parlemen, dan
    harapan akan masa depan yang lebih baik yang merupakan obat
    frustrasi yang paling jempolan.

    ; Teori-teori boleh jalan terus. Di mata banyak generasi muda,
    yang penting adalah tetap terbukanya kesempatan berpartisipasi,
    serta hak untuk menyatakan pendapat. Bagi BKS DM/SM se-Jakarta,
    peranan KNPI di luar kampus tidak banyak artinya selama 72
    proyek pengabdian masyarakat yang sesuai dengan Tri Dharma
    mereka tidak mendapat halangan terang-terangan. Peringatan
    Sumpah Pemuda pun bagi mereka bukan monopoli KNPI. Itu sebabnya
    dengan disponsori oleh 8 Dewan Mahasiswa swasta di Jakarta,
    renungan suci memperingati Sumpah Pemuda tetap diselenggarakan
    di kampus Atma Jaya dekat Jembatan Semanggi 27 Oktober yang
    lalu. Sebelumnya, persis bertepatan dengan ulang tahun I Petisi
    24 Oktober DMUI, bebepa Senat Mahasiswa di kampus UI
    Rawamangun menyelenggarakan diskusi panel tentang KNPI &
    masalah-masalah kepemudaan lainnya. Seolah-olah berlomba-lomba,
    pelbagai kelompok generasi muda di Jakarta ini — dengan
    kebebasan berkumpul & mengekspresikan pendapat yang terbatas —
    berebutan ingin menunjukkan fakta hidupnya. Itu tak berarti
    mereka tak perlu mengirim ucapan selamat kepada KNPI: Semoga
    Sehat Walafiat.

Viewing 1 post (of 1 total)
  • You must be logged in to reply to this topic.