RP 25 DAN WARAS

Home Forums Historia RP 25 DAN WARAS

  • This topic is empty.
Viewing 1 post (of 1 total)
  • Author
    Posts
  • #8025
    rinividivici
    Member

    RP 25 DAN WARAS

    Edisi : 03/02
    Tanggal : 1972-03-25
    Halaman : 34
    Rubrik : KSH
    Penulis :
    Sumber :

    MELIHAT-LIHAT kedalam pasar loak Semarang, diantara sekian banjak djenis benda sisa jang diperdagangkan, terkelompoklah berbagai botol dan tabun-tabung obat. Dapat dipastikan sebagian barang-barang ini berasal dari Balai Pengobatan Margo Waras, sebuah poliklinik jang diusahakan mahasiswa-mahasiswa PMKRI (Persatuan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia) terletak di djalan Serodja Semarang. Sebab, setjara berterus terang, beberapa orang pengurus balai itu mengakui bahwa berurusan dengan pasar loak termasuk dalam kegiatan bagian dana untuk mengurangi kesulitan biaja. Djumlah jang didapat dari berdjualan itu tidak seberapa, tetapi sekurang-kurangnja telah tjukup meringankan beban pengobatan seorang penderita.

    ; Tampaknja memang soal itulah jang banjak menggoda kepala para mahasiswa pengatur Margo Waras. Albertus Iwan Hendarta, seorang diantara pendirinja ketika hendak membuka pintu bagi para pasien pertama kali dipertengahan tahun lalu, hanja memiliki modal program. Artinja organisasi mahasiswa tadi dalam rentjananja berniat benar untuk menolong pengobatan rakjat jang kurang mampu, disamping memperkenalkan kerdja njata bagi tjalon-tjalon dokter anggota PMKRI. Modal berikutnja adalah petundjuk-petundjuk seorang pastur, berkenalan dengan seorang pengusaha dan djandji baik dari seorang dokter.

    ; 40 matjam lemudian semuanja bertjampur-baur, plus sedjumlah modal untuk membeli obat-obatan langsung dari distributor. Tetapi balai pengobatan itu berdjalan djuga, meskipun hanja menerima penderita sore hari dan tiga hari dalam seminggu. Modal paling utama ialah gairah kerdja 50 orang pengasuhnja – hanja seorang jang mendapat honorarium – diluar 5 orang dokter jang setjara tetap bergilir. Dan ini lebih terdorong lagi ketika hanja dalam waktu beberapa bulan sadja, telah ribuan penderita tertjatat pernah mengundjunginja. Pasien-pasien itu tidak sadja terdiri dari orang-orang jang tinggal disekitar djalan Serodja, tetapi djuga dari seluruh kawasan kota Semarang. Semua terdiri dari golongan warganegra kurang mampu. Sebab, dari setiap pengundjung hanja dipungut bajaran Rp 25 sebagai uang pendaftaran, ini sadja. Dan inilah penjebabnja apabila setiap bulan segala matjam botol atau tabung bekas obat dilempar kepasar loak. Tetapi mudah dimaklumi pula apabila sebagian besar penjakit jang djbawa kesana adalah “penjakit orang jang kurang mampu”, alias tuberculose Konon penjakit ini umumnja memakan waktu lama untuk menjembuhkannja, sehingga “beberapa orang kami tolong setjara gratis”, kata Dr Sila bakti, salah seorang dokter senior disana.

    ; Agaknja, Margo Waras hanja satu-satunja poliklinik jang “diusahakan para mahasiswa, barangkali untuk seluruh kota Semarang, mungkin pula untuk Djawa Tengah. Beberapa tahun lampau Kesatuan Aksi disana pernah mendirikan hal jang serupa, tetapi-tidak lama hanja bersisa papan nama, mungkin karena kurang begitu tahan menghadapi “penjakit kurang dana”. Meskipun dalam hal jang sama Margo Waras masih tetap belum sehat, tetapi “kita akan djalan terus, selama masjarakat masih ingin berobat disini”, sebagai dikatakan Ignatius Mursito Suprapto, eks-ketua PMKRI periode lalu, kepada G.J. Aditjondro, pembantu TEMPO di Semarang.

Viewing 1 post (of 1 total)
  • You must be logged in to reply to this topic.