Sejarah ISKA Nasional

Home Forums Historia Sejarah ISKA Nasional

Tagged: ,

  • This topic is empty.
Viewing 1 post (of 1 total)
  • Author
    Posts
  • #1242
    editor
    Keymaster

    Sumber :
    sejarah

    SEKILAS PERJALANAN
    IKATAN SARJANA KATOLIK INDONESIA
    (ISKA) 1958 – 2009
    1. Terbentuk di Jakarta, 22 Mei 1958 dengan Nama IKS

    Dibentuk Kamis Pon, 22 Mei 1958 di Jakarta, dengan nama Ikatan
    Katolik Sarjana dan Cendekiawan Indonesia, disingkat IKS. Nama Katolik
    Sarjana, bukan Sarjana Katolik, dimaksudkan, agar organisasi ini dapat pula
    menampung para sarjana dan cendekiawan bukan Katolik, yang menyetujui
    asas-asas Katolik. Pemrakarsa terbentuknya IKS adalah Pengurus Pusat
    Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI) bersama dengan Ikatan Muda Katolik Indonesia (IMKI). Ketika dideklarasikan, IKS masih bertaraf lokal Jakarta.

    Pengurus pertama IKS Drs. Loo Siang Hien (Ketua); Drs. A.M. Moeliono (Wakil Ketua); dan Liem Peng Liong, SH. (Sekretaris)

    . Kepengurusan Drs. Loo Siang Hien berlangsung selama dua tahun (1958 – 1960). Sejak itu Ketua IKS silih berganti, dari C. Sindhunatha, SH (1960 – 1961); Drs. Que Sian Koen (1961-1963); Drs. Jakob Oetama (1963 – 1985); Dr. J. Riberu (1985 – 1991); Ir Djoko Wiyono (1991 – 1997); Drs. Charles Mangun, MBA (1997 – 2000); A. Sandiwan Suharto (2000 – 2003); dan Ir. Paulus Harli (2003 – 2009).

    IKS secara resmi membuat jaringan dengan organisasi sarjana dan cendekiawan yang juga bermunculan di berbagai daerah. Misalnya di Bogor, Bandung, Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, Malang dan Makasar. Selain itu IKS juga menjadi anggota International of Catolic Movement for Intelectual and Cultural Afairs, (ICMIKA), yang merupakan wadah dari organisasi sarjana dan cendekiawan Katolik di seluruh dunia. ICMIKA adalah anggota PAX ROMANA, salah satu lembaga non pemerintah, yang punya perwakilan di PBB. Dari jaringan global inilah tahun 1964 timbul gagasan untuk menyatukan berbagai organisasi sarjana/cendekiawan katolik nasional, melalui sebuah Musyawarah Nasional (Munas).

    2. Munas ISKA Bandungan, 3 – 5 September 1964

    Nama Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) baru mulai digunakan setelah
    Musyawarah Nasional (Munas) di Bandungan, Kab. Semarang, Jawa Tengah,
    tanggal 3 sd. 5 September 1964. Munas Sarjana dan Cendekiawan Katolik di
    Bandungan ini diprakarsai oleh IKS, dengan panitia penyelenggara Himpunan
    Sarjana Katolik Semarang yang diketuai oleh dr. A. Soerojo. Munas diikuti
    oleh organisasi sarjana dan cendekiawan Katolik dari seluruh Indonesia.

    Sebelumnya, Munas akan diselenggarakan di Bandung (Jawa Barat), tetapi
    kemudian dipindahkan ke Bandungan (Jawa Tengah). Sejak itulah organisasi
    para sarjana dan cendekiawan ini bernama ISKA, bersifat nasional, dengan
    bentuk federasi. Dalam Munas ini pula disusun Anggaran Dasar dan Anggaran
    Rumah Tangga (AD/ART) serta program kerja ISKA. Salah satu program kerja
    ISKA yang disusun pada waktu Munas 1964 adalah, aktif merintis berdirinya
    cabang Universitas Katolik Atma Jaya. Cabang-cabang ISKA juga mulai
    terbentuk di Kupang, Manado, Pontianak, Kediri, Flores, Pekalongan,
    Banyuwangi dan Medan.

    Munas ISKA di Bandungan ini merupakan Munas ISKA pertama dan
    sekaligus yang terakhir. Sebab untuk selanjutnya, sesuai dengan AD/ART,
    Munas ISKA disebut sebagai Musyawarah Umum Warga (MUW). Munas ISKA di Bandungan menghasilkan kepengurusan yang disebut Badan Pimpinan Pusat (BPP) sebagai berikut: Drs. Jakob Oetama (Ketua Umum); C. Sindhunatha, SH. (Ketua I); Drs. Djoko Soekardjo (Ketua II); Drs. J. Adisubrata (Sekretaris Umum); Auwjong Peng Koen, SH. (Sekretaris I); Drs. Que Siang Koen, SH. (Bendahara I); Oetoro, SH. (Bendahara II).

    3. MUW I Surabaya, 11 – 14 April 1968

    MUW I ISKA diselenggarakan di Surabaya pada tanggal 11 – 14
    April 1968. Dalam MUW I ini, dilakukan penyempurnaan AD/ART ISKA, yakni

    2.1. ISKA berasaskan Pancasila,

    2.2. Bertujuan mengembangkan dan membaktikan
    ilmu serta budaya / iman bagi Gereja dan Negara. Dalam MUW I ini, dirasakan adanya keluhan tentang kurang berfungsnya BPP, akibat berbagai kesibukan yang makin banyak membebani fungsionaris BPP, khususnya Ketua Umumnya.

    Peningkatan kegiatan tersebut antara lain, sejak tahun 1965
    Partai Katolik diminta oleh Bung Karno untuk menerbitkan “Koran Katolik”.
    Beberapa fungsionaris BPP ISKA mengemban tugas untuk nenerbitkan koran
    tersebut. Selain itu pada tahun 1965 juga terjadi peristiwa yang oleh pihak
    pemerintah disebut sebagai G. 30 S, dan kemudian disusul dengan pembunuhan dan penangkapan para anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) berikut simpatisannya.

    Selanjutnya pada tahun-tahun 1966 dan 1967 terjadi pergolakan
    politik di tingkat nasional, serta terjadi pergantian pemerintahan. Para
    aktivis Katolik termasuk aktivis ISKA, banyak yang ikut ambil bagian dalam
    kekuatan sosial politik baru, yang kemudian disebut Sekretariat Bersama
    Golongan Karya (Sekber Golkar). Itu semua telah mengakibatkan kepengurusan BPP maupun cabang-cabang ISKA kurang menunjukkan aktivitasnya.

    4. MUW II Jakarta, 2 – 4 Juni 1973

    Selama kepengurusan hasil MUW I 1968 – 1973, Indonesia
    menyelenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) untuk yang kedua kalinya. Beda dengan Pemilu I tahun 1955 yang diikuti oleh puluhan partai politik, maka Pemilu II tahun 1971 hanya diikuti oleh 10 Partai Politik, termasuk Partai Katolik. Bahkan kemudian pemerintah Orde Baru memfusikan 10 Partai Politik yang ada menjadi hanya tiga partai politik, yakni Partai Persatuan
    Pembangunan (PPP), Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan Golongan Karya
    (Golkar).

    Secara formal Partai Katolik ikut serta menandatangani pendeklarasian fusi ke dalam PDI. Namun, sebagian besar kader serta aktivis Katolik justru masuk ke dalam Sekber Golkar berikut organisasi onderbownya.
    Sebab sejak tahun 1974, semua organisasi kemasyarakatan juga harus
    memfusikan diri ke dalam wadah tunggal yang dibentuk pemerintah Orde Baru. Praktis sejak itu kegiatan ISKA juga semakin mundur. Baik yang dilakukan oleh Pengurus Pusat maupun cabang-cabangnya. Bahkan ada yang menyebutkan bahwa organisasi ISKA mengalami “tidur panjang”.

    5. MUW III Pandaan, 16 – 18 Mei 1985

    Sejak MUW II tahun 1973 sampai dengan tahun 1985, selama 12
    tahun kegiatan ISKA mengalami kevakuman. Atas prakarsa beberapa aktivis ISKA Cabang Surabaya, diusulkan agar Pengurus Pusat menyelenggarakan MUW III.
    Untuk menghormati prakarsa para Pengurus ISKA Cabang Surabaya ini, maka MUW III diselenggarakan di Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur, pada tanggal 16 – 18 Mei 1985. Salah satu hasil MUW III adalah, munculnya kembali semangat untuk “menghidupkan” Pengurus Pusat maupun cabang-cabangnya.

    Dalam MUW III ini juga disepakati adanya perubahan nama Pengurus
    Pusat dari Badan Pengurus Pusat (BPP) menjadi Dewan Pengurus Pusat (DPP).
    Selain itu juga terbentuk pula susunan berikut fungsionaris DPP ISKA yang
    baru sebagai berikut: Dr. J. Riberu (Ketua); Ir. Leo Susilo (Wakil Ketua);
    Drs. Paul S. Tanditasik (Sekretaris); Ir. V. Pepen Danuatmadja (Wakil
    Sekretaris); Drs. Johan Suban Tukan (Staf Sekretariat); Ir. Petrus Rudi K
    (Bendahara); Dra. Maria Mawar S. (Wakil Bendahara); Ir. William K, Ir. M.
    Th. A. Lilies Setyawati, Ir. G. Yongki Atmajaya, Drs. M. Gatot Subiyakto,
    dr. A. Mariono, Marcel Beding, Drs. Cornelis Zebua, Theo Bela M.A (Anggota).

    Sejak MUW III, DPP maupun Cabang mulai mengadakan aktivitas.
    Pada waktu itu tercatat ada 13 DPC ISKA yang aktiv.

    6. MUW IV Caringin, 22 – 24 Agustus 1991

    Sesuai dengan AD/ART ISKA, MUW dilaksanakan setiap tiga tahun
    sekali. Sejak pendeklarasian IKS tahun 1958 sampai dengan Munas Bandungan 1964, ada rentang waktu selama empat tahun. Dari Munas Bandungan 1968 sampai dengan MUW I Surabaya 1968, juga ada rentang waktu empat tahun. Dari MUW I Surabaya 1968 sampai dengan MUW II Jakarta, 1973 ada rentang waktu lima tahun. Dari MUW II Jakarta 1973 sampai dengan MUW III Pandaan 1985, ada rentang waktu 12 tahun. Dari MUW III Surabaya 1985 sampai dengan MUW IV Caringin 1991, rentang waktunya enam tahun.

    Pada MUW IV inilah diputuskan untuk secara periodik DPP ISKA
    menyelenggagaran MUW selang tiga tahun sekali, sesuai dengan AD/ART. MUW di Wisma Kinasih, Caringin, Bogor ini diikuti oleh 46 peserta dari 13 DPC ISKA. Antara lain dari Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Surabaya, Malang, Jember, Kupang, Makasar, Samarinda, Pontianak, Medan dan Palembang. MUW IV Caringin juga mengubah Anggaran Dasar, antara lain sebutan Ketua DPP menjadi Ketua Umum DPP.

    Susunan fungsionaris DPP ISKA hasil MUW IV Caringin adalah: Dr.
    J. Riberu, Dr. J.B. Mardiatmadja, SJ, C. Sindhunata, SH, (Penasihat); Ir. A.
    Djoko Wiyono (Ketua Umum); Ir. Leo Susilo (Wakil Ketua Umum); Drs. Leo
    Rahadian (Sekretaris Umum); Drs. Martin Pakpahan (Wakil Sekretaris Umum); Drs. Steve Karnadi (Bendahara Umum); dr. Susanto Widyaatmadja (Wakil Bendahara Umum); Ir. Eko Henryanto (Ketua Bidang Organisasi dan SDM); Paul S. Tanditasik (Sekretaris Bidang Organisasi dan SDM); Dr. Lorens Bagus (Ketua Bidang Kajian Spiritualitas dan Kerohanian); Drs. A. Harrisusanto (Sekretaris Bidang Kajian Spiritualitas dan kerohanian); Drs. Charles Mangun, MBA (Ketua Bidang Kajian Ilmiah dan Intelektual); Dipl. Ing. Sarwo Utomo (Sekretaris Bidang Kajian Ilmiah dan Intelektual); Drs. J. Kristiadi (Ketua Bidang Kajian Kemasyarakatan); Drs. J. Subagyo, MA (Sekretaris Bidang Kajian Kemasyarakatan).

    Selama kepengurusan DPP hasil MUW IV Caringin, telah terbentuk
    Komisariat Daerah (Komda) Sumatera Utara dan DKI Jakarta. Jumlah cabang
    tercatat 33 DPC aktif. Selama kepengurusan DPP periode 1991 – 1994 ini, juga
    tercatat adanya penyelenggaraan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ISKA pertama di Wisma Samadi, Klender, Jakarta Timur, dari tanggal 23 – 25 Juli 1993. Rakernas dihadiri oleh 51 peserta dari 23 DPC. Dalam Rakernas ini juga
    disepakati penyelenggara MUW V adalah DPC ISKA Bandung.

    6. MUW V Bandung, 24 – 29 Juli 1994

    Sesuai dengan kesepakatan Rakernas, MUW V diselenggarakan tepat
    waktu untuk pertama kalinya, yakni selang tiga tahun sejak MUW sebelumnya. MUW V diselenggarakan di Auditorium UNPAR, Bandung, dari tanggal 24 sd. 29 Juli 1994. Sejak MUW V, kegiatan disertai pula dengan Temu Ilmiah. MUW V dihadiri oleh 73 peserta dari 27 DPC, dua Komda dan DPP ISKA. MUW juga menyempurnakan AD/ART sesuai dengan tuntutan keadaan.

    Adapun susunan fungsionaris DPP ISKA periode 1994 – 1997 adalah:
    Dr. B.S. Mardiatmadja, SJ, Prof. Dr. Soerjanto Poespowardojo, Prof. Dr. B.S.
    Mulyono, Brigjen (Purn) Alex Suseno, Prof. Dr. Ir. P.C. Haryosudirja
    (Penasihat); Ir. A. Djoko Wiyono, M. Sc, (Ketua Umum); Drs. Yunus Situmorang (Ketua I); Drs. Charles Mangun, MBA (Ketua II); Drs. Martin Pakpahan, MM. (Sekretaris Umum); Drs. Cypri Aoer (Sekretaris I); Dra. Ursula Katharina Sulastri (Sekretaris II); Drs. Steve Karnadi (Bendahara Umum); Dipl. Ing. Onggo Wasito (Wakil Bendahara Umum); Martin Sallis Say, SH. (Ketua Bidang Kajian dan Pengembangan Organisasi); Dra. Odilia Meidiana S. (Sekretaris Bidang Kajian dan Pengembangan Organisasi); Dr. Alex Paat, Pr. (Ketua Bidang Kajian Spiritualitas); Drs. Sabinus Suard, MM. (Sekretaris Bidang Kajian Spiritualitas); Dr. Ir. Nanang T. Puspita (Ketua Bidang Kajian Ilmiah dan Kemasyarakatan); Nikolas Simanjuntak, SH. (Sekretaris Bidang Kajian Ilmiah dan Kemasyarakatan); Ir. H. Eko Henryanto (Ketua Bidang Pelayanan Masyarakat); Caterina Manurung, SH. (Sekretaris Bidang Pelayanan Masyarakat).

    Dalam kepengurusan DPP ini juga dibentuk Komisi Urusan Daerah
    yang terdiri dari: Dr. Alex Manurung (Sumut); R.B. Agus Purwoko Adi, SH.
    (DKI Jaya); J. Hendy Tedjonagoro, SH. (Jatim); Drs. T.U. Pasaribu (Jabar);
    H.J. Gadi Djou, SE. (NTT). Selama 1994 sd. 1997, jumlah Komda ISKA menjadi tujuh yaitu: Komda Sumut; DKI Jaya; Jabar; Jatim; Kalbar; NTT-Timor; dan Sulut. Jumlah DPC menjadi 38, dengan tambahan DPC Sintang, Banjarmasin, Sukabumi dan Boyolali.

    Selama periode kepengurusan DPP 1994 – 1997, juga terjadi
    peristiwa politik dengan terbentuknya Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
    (ICMI) yang kemudian disusul ikatan cendekiawan dari kalangan Kristen, Hindu dan Budha. Pemerintah berusaha menyatukan seluruh ikatan cendekiawan ini dalam satu wadah. Pada waktu itu hanya DPP ISKA yang menolak untuk ikut menandatangani kesepakatan ini. Pada periode ini DPP ISKA juga menyelenggarakan Rakernas II di Wisma Canossa, Pondok Aren, Tangerang. Hadir 55 peserta dari 24 DPC dan 7 Komda. Dalam Rakernas II ini disepakati adanya tiga alternatif lokasi MUW VI, yakni Makasar, Semarang dan Surabaya.

    7. MUW VI, Semarang, 28 – 31 Oktober 1997

    MUW VI, juga bisa terselenggara tepat tiga tahun semenjak MUW V
    1994. Tuan rumah penyelenggara DPC kota Semarang. Lokasi penyelenggaraan Gedung Sukasari, Katedral Randusari dan Hotel Plaza, Semarang. MUW yang diselanggarakan dari tanggal 28 sd. 31 Oktober 1997 ini juga disertai dengan kegiatan Temu Ilmiah. MUW VI dihadiri oleh 97 peserta dari 35 DPC, 7 Komda dan para fungsionaris DPP. Dalam MUW ini kembali dilakukan penyempurnaan AD/ART, sesuai dengan perkembangan organisasi maupun masyarakat.

    MUW VI, berhasil memilih formatur untuk membentuk kepengurusan
    periode 1997 – 2000. Formatur terdiri dari Ketua Drs. Charles Mangun, MBA;
    Sekretaris Nikolas Simanjuntak, SH, MH; Anggota Drs. Al Surjanto, Drs.
    Tunggul Sihombing, MA dan Dr. Max M. Imbang. Susunan lengkap kepengurusan DPP ISKA 1997 – 2000 adalah sebagai berikut.

    Prof. Dr. B.S. Mulyana, Prof. Dr. Surjanto Poespowardojo, Drs. Cosmas
    Batubara, Dr. B.S. Mardiatmadja, SJ, Brigjen. (Pur) Alex Suseno, Dr. Martha
    Tilaar, Ir. A. Djoko Wiyono, M. Sc, Caecilia M. Moeliono, SH, (Penasihat);
    Drs. Charles Mangun, MBA, (Ketua Umum); Drs. Yunus Situmorang (Ketua I);
    Hadyana Pudjaatmaka, Ph.D (Ketua II); F. Rahardi (Ketua III); Nikolas
    Simanjuntak, SH, MH (Sekretaris Umum); Ir. Eko Henryanto (Wakil Sekretaris
    I); Boy Alimoedin, SH (Wakil Sekretaris II); Ir. Danny Walla (Bendahara
    Umum); Drs. Permadi Witana (Wakil Bendahara Umum).

    Bidang Kajian Organisasi serta Pengembangan Harkat dan Martabat Manusia
    (PHMM): J.C. Tukiman Taruna Ph.D (Ketua Bidang); Ir. Willem Dagi (Sekretaris Bidang). Bidang Kajian Spiritualitas dan Kerohanian: Dr. Eddy Kristianto, OFM (Ketua Bidang); Drs. Sandiwan Suharto (Sekretaris Bidang); Bidang Kajian Ilmiah dan Kemasyarakatan: Drs. M. Sudibyo (Ketua Bidang); Ir. Paulus Harli (Sekretaris Bidang); Bidang Kajian Pelayanan Kemasyarakatan: Drs Martin Pakpahan, MM (Ketua Bidang); Ir. Pius Sinurat, MM (Sekretaris Bidang); Bidang Dokumentasi dan Publikasi: Drs. Cyprianus Aoer (Ketua Bidang); Drs. Rikard Bagun (Sekretaris Bidang);

    Komisi Utusan Daerah: Drs. Tunggul Sihombing, MA (Sumut); Dr.
    Ir. Nanang T. Puspita, M. Sc. (Jabar); Tony Sarjono, Dip. (Jakarta); Drs.
    Al. Soerjanto (Jateng & DIY); J. Hendy Tedjonagoro, SH (Jatim, Bali, NTB);
    Drs. Henricus Sakunab (NTT & Timor).

    Selama kepengurusan DPP 1997 – 2000, telah terjadi pergolakan
    politik berupa demonstrasi dan Kerusuhan Mei 1998 yang kemudian disusul oleh pergantian pemerintahan. Tahun 1999 diselenggarakan Pemilu kedua yang paling demokratis dalam sejarah Republik Indonesia, selain Pemilu 1955. Kalau dalam pemilu selama pemerintahan Orde Baru pesertanya hanya PDI, Golkar dan PPP, maka pemilu1999 diikuti oleh 48 partai politik. Ir. A. Djoko Wiyono, M. Sc, mantan Ketua Umum DPP ISKA, duduk sebagai anggota MPR periode 1999 – 2004 mewakili KWI.

    Pengurus DPP ISKA 1997 – 2000 juga sempat menyelenggarakan Rapat
    Kerja Nasional Ketiga (Rakernas III) di Wisma Samadi, Klender, Jakarta
    Timur, dari tanggal 16 – 18 April 1999. Rakernas dihadiri oleh 65 peserta
    dari DPP, Komda dan DPC seluruh Indonesia. Salah satu keputusan Rakernas
    adalah, MUW VII akan diselenggaraka di Makasar, Bandung atau Jakarta.

    8. MUW VII Bandungan, 17 – 20 Agustus 2000

    Dari tiga alternatif lokasi penyelenggaraan MUW VII yakni
    Makasar, Bandung dan Jakarta, ternyata ketiga-tiganya (DPC maupun Komdanya) belum siap untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut. Satu-satunya Komda yang siap untuk menyelenggarakan MUW VII adalah Jateng. Hingga MUW VII akhirnya diselenggarakan di Bandungan, Jawa Tengah. Salah satu keputusan MUW VII adalah mengubah struktur kepengurusan ISKA dari DPP, Komda dan Cabang menjadi Presidium, Koordinator Daerah (Korda) dan ISKA Basis. Sebutan Sekretaris Umum diubah menjadi Sekretaris Jenderal.

    Susunan kepengurusan ISKA periode 2000 – 2003 adalah sebagai
    berikut. Anggota Presidium: A. Sandiwan Suharto, B. Boy Alimoeddin, C. Indar Wahyanti Graito, F. Rahardi, H. Eko Henryanto, J. Sudibyo, Rikard Bagun (Kesemuanya dari Jakarta); Y. Djohn Sutantoso (Korda DKI); Nanang T. Puspito (Korda Jabar); Al. Soerjanto (Korda Jateng); PJ. Suwarno (Korda Yogya); J. Hendy Tedjonegoro (Korda Jatim); R.E. Siboro (Korda Sumut); Yanto Chandra (Korda Sumsel); Max Imbang (Korda Sulut); Philip Tangdilingtin (Korda Sulsel); Saunab (Korda NTT).

    Ketua Presidium A, Sandiwan Suharto; Sekjen H. Eko Henrryanto;
    Wakil Sekjen I Pius Sinurat; Wakil Sekjen II Yohanes Gunawan; Bendahara B.
    Boy Alimuddin; Wakil Bendahara I B. Punki Djajaprasetya; Wakil Bendahara II A. Henry Wibisono; Auditor Paul Hadiwinata, Sarjono Kurniawan; Sekretaris Eksekutif Kikin Tarigan. Dalam MUW VII ini presidium juga dilengkapi dengan 12 komisi, masing-masing dengan ketua, sekretaris dan anggota. Dewan Penasihat ditiadakan dan diganti dengan Dewan Penyantun sebanyak 19 orang dan Dewan Ahli sebanyak 27 orang. Jumlah Korda (eks Komda) menjadi 11 dengan 46 ISKA Basis (eks Cabang).

    9. MUW VIII Jakarta, 2 – 7 Desember 2003

    Berbeda dengan MUW sebelumnya, MUW VIII yang diselenggarakan di
    Rumah Retret Canossa ini, merupakan satu rangkaian acara dengan Simposium dan Retret Akademik Nasional IV Yayasan Bhumiksara. Hingga meskipun acara MUW sendiri hanya akan mengambil waktu pada malam hari selama tiga hari, namun acara Simposium dan Retret Akademik itu sendiri akan berlangsung selama 6 hari.

    MUW 2003 telah membentuk kepengurusan baru dengan sembilan
    program kerja. Beberapa program telah dilaksanakan selama tahun 2004,
    terutama berupa penelitian kegiatan Pemilu Legislatif maupun Presiden. Bulan Mei 2004, presidium ISKA mengadakan rapat kerja, yang hasilnya
    disosialisasikan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pada bulan Januari
    2005 yang lalu di Pontianak, Kalbar. MUW VIII, Jakarta, memilih Ketua
    Presidium Ir. Paulus Harli, Sekjen Pius Sinurat.

    Selama kepengurusan Paulus Harli I ini, diselenggarakan
    pemilihan presiden pertama secara langsung oleh rakyat. Selanjutnya
    pemilihan bupati, walikota dan gubernur juga dipilih langsung oleh rakyat.
    Sejak tahun 2004 juga terjadi bencana silih berganti, dengan bencana paling
    besar berupa gempa bumi dan tsunami di Aceh. ISKA juga menjadi tuan rumah pertemuan internasional ICMIKA di Bali. Selama 2003 – 2006, aktivis ISKA juga mulai diisi oleh mantan aktivis PMKRI.

    9. MUW IX Yogyakarta, 17 – 19 November 2006

    MUW IX di Yogyakarta, diselenggarakan bersamaan dengan seminar
    nasional tentang kerukunan umat beragama, serta kunjungan ke Pondok
    Pesantren Muhamadiyah, tempat ibadah agama Sapto Darmo, kelenteng, dan Candi Katolik Ciganjur. Salah satu keputusan MUW IX adalah, memberikan mandat kepada presidium, untuk meninjau kembali AD/ART, terutama menyangkut sebutan ISKA Basis, yang diusulkan untuk dikembalikan menjadi ISKA Cabang.

    Dalam MUW ini, terpilih kembali Ir. Paulus Harli sebagai Ketua Presidium, dengan F. Sihol Siagian sebagai Sekjen, yang akan memimpin ISKA
    sampai dengan 2009. Setelah MUW IX, diselenggarakan Raker Presidium di
    Citeko, Puncak, Jawa Barat, kemudian Rakernas di Bandung. Salah satu
    keputusan Raker Presidium dan Rakernas adalah, kegiatan penanggulangan
    kemiskinan, akan difokuskan ISKA di NTT, khususnya di Kab. Lembata. Selain
    itu juga ada gagasan untuk menulis buku tentang peran politik katolik.

    Selama kepengurusan Paulus Harli II (2006-2009), tantangan untuk
    membenahi kelembagaan, terutama sekretariat juga semakin mendesak. Di lain pihak, juga terjadi adanya dinamika, bahkan gejolak kepengurusan di beberapa lembaga kategorial katolik di Indonesia. Kaderisasi untuk memunculkan potensi generasi muda, juga semakin menjadi prioritas, mengingat usia mayoritas pengurus yang rata-rata sudah lebih dari 50 tahun, lebih tua dari usia lembaga yang diurusnya. Pada HUT ke 50 tahun 2008, ISKA bekerjasama dengan Pusat Pengembangan Etika Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, menyusun buku berjudul Politik Katolik, Politik Kebaikan Bersama, yang diterbitkan oleh Penerbit Obor.

    Tahun 2009,

    ISKA akan menyelenggarakan Council Meeting Council
    | Pax Romana ICMICA, pada buan Juli di Yogyakarta. Council Meeting ini akan didahului oleh sebuah Seminar Internasional di Universitas Sanata Dharma. ISKA menggagas terbentuknya Pax Romana Indonesia, bersama WKRI, PMKRI, dan Pemuda Katolik. Pada bulan November 2009, ISKA juga akan menyelenggarakan MUW X di Surabaya, untuk evaluasi pelaksanaan program 2006 – 2009, perencanaan program 2009 – 2012, dan memilih Ketua Presidium baru. # # #

    Compilasi oleh F RAHARDI, up date versi Juni 2009
    Ir. Innocentius.,T. MBA.

Viewing 1 post (of 1 total)
  • You must be logged in to reply to this topic.